Sering kita lihat ketika sang juara melakukan selebrasi di podium di suatu ajang lomba dengan mengocok-kocok botol sampanye lalu duuss…berhamburan gelembung-gelembung busa sampanyenya. Asyik gitu rasanya.
Kenapa mengocok botol soda atau bir membuatnya meletup ketika kita membukanya? Dan apakah membuka botol sampanye selalu mengotori Iingkungan sekitarnya? Tapi, sebenarnya, setelah semburannya berhenti, asyiknya juga hilang.
Cara untuk mengatasinya, sebagaimana telah kita perkirakan, adalah mendinginkan botolnya dan menghindari guncangan berlebihan setidaknya beberapa jam sebelum membukanya.
Bir, soda,
dan sampanye sernua dapat berdesis saat dibuka berkat gas karbon dioksida, yang
telah dilarutkan ke dalarn cairan selama—atau dalam kasus sampanye asli, setelah—proses pembotolan. Suara desis
terjadi ketika gelembung-gelembung karbon dioksida kabur dan cairan ke udara
bebas. Ketika itu terjadi dalam mulut kita, kita mendapatkan sensasi tajam
menggelitik yang nikmat. Tapi, kalau desis itu terlalu kuat, busa yang lengket
akan tumpah atau menyembur ke mana-mana.
Banyaknya karbon dioksida yang dapat tetap tinggal dengan tenang sebagai zat
terlarut bergantung langsung pada kadar karbon dioksida di permukaan zat cair
karena, makin banyak molekul karbon dioksida yang bergerak dan saling
bertumbukan, makin banyak yang terlontar dan tenggelam ke dalam zat cair.
Dalam botol tertutup rapat, ruang yang tersisa terisi dengan karbon dioksida
dan air. Dalam proses pembotolan gas tadi dimampatkan sampai mencapai tekanan
kira-kira 4,2 kilogram per sentimeter persegi. (Tekanan udara dalam ban mobil
kurang-lebih hanya separuh tekanan itu.) Maka kadar karbon dioksida yang
terlarut dalam minuman tinggi sekali ketika botol masih tertutup.
Pada saat botol itu dibuka, kendati dengan sangat hati-hati, karbon dioksida
bertekanan itu bersemangat sekali begitu melihat peluang untuk rnenikmati
kebebasan. Maklumlah, udara luar yang bertekanan normal memberikan kelegaan
yang mereka dambakan. Dalam udara normal, kadar karbon dioksida hanya satu per
tiga ribu molekul keseluruhan. Maka tidak mengherankan bila seluruh karbon
dioksida yang semula terlarut serempak berdesakan keluar dari minuman.
Ketika kita mengocok botol, kita memerangkap sebagian gas yang semulaberada di permukaan cairan dalam wujud gelembung-gelembung kecil dalam cairan. Gelembung-gelembung kecil tadi merupakan nukleus yang baik untuk pertumbuhan gelembung-gelembung selanjutnya. Molekul-molekul karbon dioksida dalam cairan cenderung menyatu dengan gelembung-gelembung baru ini, dan makin lama makin besar. Sebelum kita menyadarinya, gelembung-gelembung busa sampanye itu telah berkumpul di bawah tutup botol, siap untuk muntah kemana-mana begitu tutup dibuka.
Tonton video ini …
(Ditulis ulang dari buku karya Robert L. Wolke berjudul “What Einstein Didn’t Know”)